BAGAIMANAPUN HEBATNYA, KITA ORANG TIMUR
“Rasanya deg-degan” kata Kurnia Amal, salah satu anggota Forum Anak Daerah DIY (FAD DIY) saat akan berdialog tentang anak dengan Gusti Pembayun. Acaranya sebenarnya informal karena setelah dialog kemudian dilanjutkan dengan berbuka puasa bersama.
Selain Kurnia Amal dari FAD yang ikut Taufik Hidayat, Mada Wirahuda, Insan Ramadhan Ikhsan dan Pika Ceria Dewi, salah satu Duta Nasional dari Kongres Anak Indonesia. Serta penulis Fajarina Harjiyanti. Kami di dampingi oleh Martanti Endah Lestari pimpinan dari SOS Childrens Villages DIY.
“Sekarang sikap anak jauh berbeda dari zaman saya dulu. Kalau dulu dimarahi ya harus diem. Jangan membantah. Sekarang anak-anak lebih kritis kalau pendapatnya ditentang oleh orangtua. Jadi diskusi dan komunikasi antara anak dan orangtua itu perlu,” kata GKR Pembayun saat ditanya tanggapannya tentang anak zaman sekarang.
Saat berdiskusi hendaknya anak juga tahu porsinya, sopan santun pada orangtua juga harus dijaga. “Karena terkadang ada anak yang menganggap bahwa orangtua itu teman, jadi kurang menggunakan sopan santun saat berdiskusi,” imbuhnya.
“Gusti, bagaimana sih rasanya tinggal di dalam kraton?” celetuk Taufik. Saat ditanya Gusti Pembayun tampak tersenyum. “Saya baru tahun 1988 masuk ke kraton. Sebelumnya tinggal di luar negeri. Rasanya ya sama saja, saya kemana-mana sendiri. Bapak juga bagitu, ajudan ya hanya ada untuk urusan kantor. Bedanyanya kita harus tahu kapan harus melihat bapak sebagai Bapak kita, sebagai Sri Sultan atau Raja dan sebagai Gubernur,” urai GKR Pembayun.
Beliau juga berpesan kepada anak-anak dan khususnya kepada FAD DIY untuk selalu menjunjung dan melestarikan budaya lokal. “Bagaimanapun hebatnya kita, kita tetaplah orang timur. Jadi harus tetap menjunjung budaya, adat ketimuran seperti gotong royong dan tenggang rasa,” ujarnya.
GKR Pembayun menceritakan bagaimana remaja sekarang asing dengan budayanya sendiri. Suatu waktu ia pernah didatangi perkumpulan siswa pertukaran pelajar yang heran melihat gamelan. “Saya bilang, kamu ini orang mana? Kok lihat gamelan saja heran. Jangan sampai kita merasa menjadi orang modern, karena nanti kebudayan akan hilang” tutupnya.